Etika Keperawatan
Etika Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan
merupakan suatu cita-cita bagi sebagian orang. Namun, adapula orang yang
menjadi perawat karena suatu keterpaksaan atau kebetulan, bahkan menjadikan
profesi perawat sebagai alternatif terakhir dalam menentukan pilihan hidupnya.
Terlepas dari semua itu, perawat merupakan suatu profesi yang mulia. Seorang
perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa membeda-bedakan
mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang
dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain.
Seorang perawat juga mengemban fungsi dan peran yang sangat penting dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistik kepada klien.
Perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat kian membuka
pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan. Hal ini
ditandai dengan banyaknya masyarakat yang mulai menyoroti kinerja tenaga-tenaga
kesehatan dan mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam pelayanan
kesehatan. Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, berpengaruh terhadap
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, termasuk
pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, citra seorang perawat kian menjadi
sorotan. Hal ini tentu saja merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam
mengembangkan profesionalisme selama memberikan pelayanan yang berkualitas agar
citra perawat senantiasa baik di mata masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan
professional seorang perawat harus dapat bekerja sama dengan pihak-pihak lain
yang berkaiatan dengan tugasnya untuk memberikan pelayanan yang baik pada
individu,Keluarga, kelompok maupun masyarakat. Seorang perawat profesional seharusnya dapat menjadi sosok
perawat ideal yang senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional dalam
memberikan asuhan keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat profesional memiliki
pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia lebih matang dari segi konsep, teori,
dan aplikasi. Namun, hal itu belum menjadi jaminan bagi perawat untuk dapat
menjadi perawat yang ideal karena begitu banyak aspek yang harus dimiliki oleh
seorang perawat ideal di mata masyarakat.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Memberikan gambaran secara umum tentang
profesionalisme seorang perawat, sehingga mahasiswa mampu menerapkan dalam
praktik keperawatan
2. Tujuan Khusus
- Menjelaskan
tentang pengertian profesionalisme
- Menjelaskan
tentang praktik keperawatan profesional
- Menjelaskan
tentang pola hubungan perawat dengan klien/pasien
- Menjelaskan
tentang pola hubungan perawat dengan teman sejawat
- Menjelaskan
tentang pola hubungan perawat dengan profesi yang terkait
- Menjelaskan tentang
pola hubungan perawat dengan tempat kerja
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Profesionalisme
Profesi adalah
pekerjaan yang menuntut pendidikan keahlian intelektual tingkat tinggi dan
tanggung jawab etis yang mandiri dalam prakteknya. Profesional adalah seseorang
yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam
bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya
Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya.
Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga
profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan professional. Sedangkan ada
juga definisi lain tentang Profesionalisme yaitu Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan
dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan
keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan –serta ikrar untuk
menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan
pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya
kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
B.
Ciri-ciri Profesionalisme
Ada 4 ciri‐ciri profesionalisme:
1. Memiliki keterampilan yang tinggi
dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan
bidang tadi.
2. Memiliki ilmu dan pengalaman serta
kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi
cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar
kepekaan.
3. Memiliki sikap berorientasi ke depan
sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang
di hadapannya.
4. Memiliki sikap mandiri berdasarkan
keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat
orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan
pribadinya.
C.
Pengertian
praktik keperawatan professional
Praktik keperawatan berarti membantu
individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang
optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnosa,
merencanakan dan mengimplementasi strategi keperawatan untuk mencapai tujuan,
serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan.(National
Council of State Board of Nursing/NCSBN). Praktik keperawatan profesional
tertuang juga dalam Nurse
Practice Art New York 1972. Praktik keperawatan terdapat dalam American Nursing
Association/ANA).
D.
Nilai-nilai
profesional praktik keperawatan
Nilai-nilai profesional yang terkait dalam praktik
keperawatan dibagi menjadi :
1. Nilai intelektual
Terdiri dari 3 komponen yang terkait, yaitu :
a. Body of
knowladge yang melandasi praktik profesional
b. Pendidikan
spesialisasi untuk meneruskan kelompok ilmu pengetahuan.
c. Penggunaan
pengetahuan dalam berpikir kritis dan kreatif.
2. Nilai
komitmen moral
Prilaku perawat harus dilandasi oleh
aspek moral sebagai berikut :
a. Benificience
yang berarti sebagai seseorang profesional perawat harus selalu mengupayakan
tiap keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik
dan tidak merugikan klien (johnstone,1994)
b. Adil berarti
tidak mendiskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, sosial budaya, ekonomi,
tetapi memperlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan
keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
yang berarti bahwa perilaku caring, selalu berusaha menempati janji, memberikan
harapan yang memadai, memiliki komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan
spiritual klien.
3. Otonomi,
kendali, dan tanggung gugat
a. Otonomi berarti kebebasan dari
kewenangan melakukan tindakan secara mandiri.
b. Kendali mempunyai implikasi
pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau orang.
c. Tanggung gugat berarti bertanggung
jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan
professional, seorang perawat harus dapat bekerja sama dengan pihak – pihak
lain yang berkaitan dengan tugasnya untuk memberikan pelayanan yang baik pada
individu, keluarga, kelompok
E. Hubungan Kerja Perawat Dengan Klien
/ Pasien
Klien / pasien adalah focus dari upaya asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat , sebagai salah satu
komponen tenaga kesehatan . Dasar hubungan antara perawat dan pasien
adalah hubungan yang saling menguntungkan ( mutual humanity ). Perawat
mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan asuhan keperawatan seoptimal
mungkin dengan pendekatan bio, psiko,social dan spiritual sesuai dengan
kebutuhan pasien .
Pada hakikatnya praktik keperawatan
senatiasa mengabdi kepada kemanusiaan / berbentuk pelayanan humanistik
mendahulukan kepentingan kesehatan klien askep merupakan inti praktek
keperawatan hubungan profesional perawat – klien mengacu pada sistem interaksi
secara positif atau hubungan terapiutik.
Karakteristik
hubungan profesional antara perawat dan klien,
diantaranya :
1. Berorientasi
pada kebutuhan klien
2. Diarahkan
pada pencapaian tujuan
3. Bertanggung
jawab dalam
menyelesaikan masalah klien
4. Memahami
kondisi klien dengan berbagai
keterbatasan
5. Memberi
penilaian berdasarkan norma yang disepakati
6. Berkewajiban
membantu klien agar mampu mandiri
7. Berkewajiban
membina hubungan saling percaya
8. Bekerja
sesuai kaida etik, menjaga kerahasiaan
9. Berkomunikasi
secara efektif
Hubungan yang baik antara perawat dengan
pasien / klien akan terjadi bila ;
1. Terdapat rasa saling percaya antara perawat
dengan pasien
2. Perawat benar – benar memahami tentang hak –
hak pasien dan harus melindungi hak tersebut, salah satunya adalah hak untuk
menjaga privasi pasien / klien .
3. Perawat harus sensitive terhadap perubahan –
perubahan yang mungkin terjadi pada pribadi pasien yang disebabkan oleh
penyakiy yang dideritanya, antara lain kelemahan fisik dan ketidakberdayaan
dalam menentukan sikap atau pilihan sehingga tidak dapat menggunakan hak dan
kewajibannya dengan baik .
4. Perawat harus memahami keberadaan pasien atau
klien sehingga dapat bersikap sabar dan tetap memperhatikan pertimbangan etis
dan moral .
5. Dapat bertanggung jawan dan bertanggung gugat
atas segala resiko yang mungkin timbul selama pasien dalam perawatannya
6. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk
menghindari konflik antara nilai – nilai pribadinya dengan nilai – nilai
pribadi pasien / klien dengan cara membina hubungan yang baik antara pasien /
klien , keluarga dan teman sejawat serta dokter untuk kepentingan pasien.
Dalam menjalin hubungan dengan klien perawat mempunyai
beberapa peran yang harus diperhatikan diantaranya :
1. Pemberi Kenyamanan. Kenyamanan
merupakan suatu perasaan subjektif dalam diri manusia. Masyarakat yang menjadi
klien dalam asuhan keperawatan akan memiliki kebutuhan yang relatif terhadap
rasa nyaman. Mereka mengharapkan perawat dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman
mereka. Oleh karena itu, peran perawat sebagai pemberi kenyamanan, merupakan
suatu peran yang cukup penting bagi terciptanya suatu citra keperawatan yang
baik. Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan bagi
klien saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya mampu
mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa nyaman.
Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam proses penyembuhan, sehingga
proses penyembuhan akan lebih cepat. Pemberian rasa nyaman yang diberikan
perawat kepada klien dapat berupa sikap atau perilaku yang ditunjukkan dengan
sikap peduli, sikap ramah, sikap sopan, dan sikap empati yang ditunjukkan
perawat kepada klien pada saat memberikan asuhan keperawatan.
Contohnya
: Memanggil klien dengan namanya merupakan salah satu bentuk interaksi yang
dapat menciptakan kenyamanan bagi klien dalam menjalani perawatan. Klien akan
merasa nyaman dan tidak merasa asing di rumah sakit. Perilaku itu juga dapat
menciptakan citra perawat yang ideal di mata klien itu sendiri karena klien
mendapatkan rasa nyaman seperti apa yang diharapkannya.
2. Peran perawat sebagai komunikator
juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di mata masyarakat. Masyarakat
sangat mengharapkan perawat dapat menjadi komunikator yang baik. Klien juga
manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia menjalani asuhan keperawatan.
Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap peningkatan kesehatan klien.
Contohnya
: Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar-sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya, serta sumber informasi dan komunitas.
Kualitas komunikasi yang dimiliki oleh seorang perawat merupakan faktor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas. Sudah
seharusnya seorang perawat profesional memiliki kualitas komunikasi yang baik
saat berhadapan dengan klien, keluarga maupun dengan siapa saja yang
membutuhkan informasi mengenai masalah keperawatan terkait kesehatan klien.
F. Hubungan Kerja Perawat Dengan
Sejawat
Sebagai anggota profesi keperawatan,
perawat harus dapat bekerja sama dengan teman sesama perawat demi meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan terhadap pasien / klien. Perawat dalam
menjalankan tugasnya harus dapat mebina hubungan baik dengan sesama
perawat yang ada dilingkungan kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama
perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan tenggang rasa yang tinggi agar
tidak terjebak dalam sikap saling curiga dan benci .
Tunjukkan selalu sikap memupuk rasa
persaudaraan dengan silih asuh, silih asih, dan silih asah .
1. Silih asuh dimaksudkan
bahwa sesama perawat dapat saling membimbing, menasehati, menghormati, dan
mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan , sehingga
terbina hubungan kerja yang serasi.
2. Silih asih dimaksudkan
bahwa setiap perawat dalam menjalankan tugasnya dapat saling menghargai satu
sama lain, saling kasih mengasihi sebagai sesama anggota profesi, saling
bertenggang rasa dan bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh
hasutan yang dapat membuat sikap saling curiga dan benci
3.
Silih asah dimaksud
bahwa perawat yang merasa lebih pandai/ tahu dalam hal ilmu pengetahuan, dapat
membagi ilmu yang dimilikinya kepada rekan sesama perawat tanpa pamrih.
G. Hubungan Kerja Dengan Profesi Yang Terkait
Profesi lain tersebut diantaranya adalah
dokter, ahli gizi, tenaga laboratorium, tenaga rongent dan sebagainya. setiap
tenaga profesi. Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja
sendiri. Dalam menjalin hubungan tersebut harus ada
1. Kolaborasi dengan
profesi lain. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan
sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung
jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang
lama antara tenaga profesional kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005).
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik
bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup
praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai
pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh
peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan.
Contohnya : Kolaborasi Perawat dan dokter dalam merencanakan
dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta
respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu,
keluarga dan masyarakat.
2. Kerjasama
adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika
individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif
menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus
dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa setiap
anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan
pasien dan issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup
kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi
organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan
menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan
. Tim kolaborasi
hendaknya memiliki :
a. Komunikasi yang
efektif,
b. Bertanggung
jawab
c. Saling
menghargai antar sesama anggota tim.terhadap kesehatan pasien, hanya pendekatannya
saja yang berbeda disesuaikan dengan profesinya masing – masing .
d. Mempertahankan kode
etik profesi masing – masing. Kelancaran tugas masing – masing profesi
tergantung dari ketaatannya dalam menjalankan dan mempertahankan kode etik
profesinya.
e. Koordinasi
Kolaborasi didasarkan pada konsep
tujuan umum, konstribusi praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan
praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling
menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam team dari
pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana
dia mengartikan sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses
dinamis antara orang-orang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai
tujuan dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua
elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif
menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi .
Otonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan terjadi.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja
sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi
team :
1.
Memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
profesional.
2.
Produktivitas
maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3.
Peningkatnya profesionalisme
dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4.
Meningkatnya
kohesifitas antar profesional
5.
Kejelasan peran
dalam berinteraksi antar profesional,
6.
Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami
orang lain.
Berkaitan
dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerja sama kemitraan dengan dokter,
perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi
profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat dari
perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter sangat kompleks. Tanggung jawab
hukum juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu,
malpraktik medis, dan malpraktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari
pemerintah maupun para pihak terkait mengenai tanggung jawab hukum dari
perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus
berbenah dan memperluas struktur organisasi agar dapat mengantisipasi
perubahan. (www. kompas.com. Diakses pada tanggal 20 Maret 2007).
H. Hubungan Kerja Dengan Tempat Bekerja
Seorang perawat yang telah menyelesaikan
pendidikan, baik tingkat akademi maupun tingkat sarjana, memerlukan suatu
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya baik di bidang pengetahuan,
keterampilan , maupun profesionalisme.
Memperoleh pekerjaan yang benar – benar sesuai
dengan kemampuan standar yang telah digariskan oleh pendidikan yang telah
diikutinya sangatlah sulit karena besarnya persaingan antara jumlah
tenaga yang ada dengan sedikitnya jumlah lahan tempat bekerja. Oleh karena itu,
banyak yang beranggap bahwa yang penting bekerja dulu, sedangkan masalah
penempatan kerja sesuai atau tidak , akan dipikirkan kemudian .
Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi
untuk bekerja , bila pekerjaan yang diberikan sesuai dengan keinginan dan
kemampuan, maka motivasi kerja akan meningkat, tetapi bila pekerjaan yang
didapatkan tidak sesuai dengan keinginan dan cita – cita, maka akan terjadi
penurunan motivasi kerja yang menjurus terjadinya konflik antara nilai – nilai
sebagai perawat dengan kebijakan institusi tempat bekerja.
Bila terjadi penumpukan konflik nilai
dalam pelaksanaan pekerjaan setiap hari, lambat laun akan terjadi ;
1. Buruknya komunikai antara perawat
sebagai pekerja dengan institusi selaku pemberi kebijakan
2. Tumbuhnya sifat masa bodoh terhadap tugas yang
merupakan tanggung jawabnya.
3. Menurunnya kinerja
Agar dapat terbina hubungan kerja yang baik antara perawat
dengan institusi tempat bekerja, perlu diperhatikan hal – hal dibawah ini ;
1. Perlu ditanamlam dalam diri perawat bahwa
bekerja itu tidak sekadar mencari uang, tapi juga perlu hati yang ikhlas
2. Bekerja juga merupakan ibadah, yang berarti
bahwa hasil yang diperoleh dari pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh – sungguh
dan penuh rasa tanggung jawab akan dapat memnuhi kebutuhan lahir maupun
batin
3. Tidak semua keinginan individu
perawat akan pekerjaan dan tugasnya dapat terealisasi dengan baik
sesuai dengan nilai – nilai yang ia miliki.
4. Upayakan untuk memperkecil terjadinya konflik
nilai dalam melaksanakan tugas keperawatan dengan menyesuaikan situasi
dan kondisi tempat bekerja.
5. Menjalinkan kerjasama dengan baik dan dapat
memberikan kepercayaan kepada pemberi kebijakan bahwa tugas dan tanggung jawab
keperawatan selalu mengalami perubahan sesuai iptek .
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya
kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang
tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan –serta ikrar untuk menerima
panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan
pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya
kehidupan (Wignjosoebroto, 1999). Praktik keperawatan berarti
membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan
kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status,
menentukan diagnosa, merencanakan dan mengimplementasi strategi keperawatan
untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan
pengobatan.
Nilai-nilai profesional yang terkait
dalam praktik keperawatan dibagi menjadi Nilai intelektual, Nilai
komitmen moral, dan Otonomi,
kendali, dan tanggung gugat. Dalam melaksanakan
tugasnya dengan baik dan professional, seorang perawat harus dapat bekerja sama
dengan pihak – pihak lain yang berkaitan dengan tugasnya untuk memberikan
pelayanan yang baik pada hubungan kerja perawat dengan klien / pasien, hubungan kerja
perawat dengan sejawat, hubungan kerja dengan profesi yang terkait, dan
hubungan kerja dengan tempat bekerja. Dalam menjalankan hubungan-hubungan
tersebut perawat harus bisa menjaga tanggung jawab perawat, menjaga kenyamanan
klien, dapat menjadi komunikator, menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dra.Hj.Mimin Emi Suhawmi, Mpd.Etika
Keperawatan. Jakarta :EGC
NILA, Ismani
SKM. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
Priharjo,
Robert. 1995. Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta : Kanisius
0 komentar