Swift

Potensi Manusia

Mengenal Potensi Manusia


Diantara sekian banyak makhluk ciptaan Allah, manusia menempati posisi sebagai makhluk yang paling utama, paling mulia dan paling sempurna. Pernyataan ini bisa kita dapatkan dari firman Allah QS At-Tin ayat : 4

"Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya"

Bahkan dengan rahmat dan kasih sayangnya Allah menyerahkan pengelolaan langit & bumi ini kepada makhluk yang bernama manusia.

Penjelasan tentang hal ini bisa kita dapatkan dalam SQ. Al-Jatsiyah : 13 (Dan dia telah memudahkan bagi kalian apa yang ada di langit dan di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada semua itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berfikir).Disamping keutamaan, kemuliaan & kesempurnaannya, manusia mengemban amanat yang berat yaitu sebagai khalifah/ pengganti Allah di muka bumi. Dan Allah sebagai pencipta yang Maha Sempurna, membekali manusia dengan berbagai potensi yang luar biasa agar bisa menundukkan & mengelola alam semesta.


Secara garis besar potensi manusia di bagi dalam 3 bagian :
1. Potensi Akal (kognitif, ilmu, fikir, tilawah)
Secara etimologi, menurut Raghib Ashfahaniy, akal memiliki arti imsak (menahan), al-ribath (ikatan), al-hajr (menahan), al-nahy (melarang), dan man'u (mencegah). Berdasarkan makna bahasa ini yang disebut akal secara umum adalah potensi yang disiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan, mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya. Akal memiliki dua makna:
Akal jasmani, salah satu organ tubuh yang terletak di kepala, akal ini lazimnya disebut dengan otak (al-dimagh);
Akal Ruhani, yaitu cahaya nurani yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan dan kognisi.
Sehingga akal merupakan daya berpikir manusia untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat rasional dan dapat menentukan eksistensi manusia. Dalam aktivitasnya akal memiliki berbagai potensi,
  1. Memahami hukum kausalitas, "Dan Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia-lah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang, maka apakah kamu tidak memahami?"(QS. Al-Mu'minun)[23];80)
  2. Memahami adanya sistem jagad raya, lihat surat Al-Syua'ra[26]:18-68), tentang dialog panjang antara Nabi Musa dengan Fir'aun yang menggambarkan ketidakmampuan akal Fir'aun memahami fenomena alam jagad raya di mana dibalik itu pasti ada Sang Pengatur, Maha Pencipta dan Maha Kuasa.
  3. Berfikit distinktif, kemampuan memilah-milah permasalahan dan menyusun sistematika dari fenomena yang diketahui, "Dan dibumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggaur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang, disirami ddengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagaian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir" (QS Ar-Ra'd[13]4)
2. Potensi fisik (Psycomotorik, Amal, Ikhtiar, Jihad)
Lihatlah berapa potensi fisik manusia lebih sempurna dibandingkan makhluk-makhluk lain (binatang) ini yang menyebabkan manusia mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk melakukan hal-hal apapun dibandingkan makhluk lain.
Kemahabesaran Allah dari sekian milyar penduduk dunia tak satupun yang sama persis. Kemahabesaran Allah, fisik manusia diciptakan dalam posisi yang seimbang.

3. Qalbu (Afektif, Iman, Dzikir, Tuqotih )
Para ahli berbeda pendapat dalam menentukan maknanya. Sebagian ada yang mengasumsikan sebagai materi organik, sedang sebagian yang lain menyebutnya sebagai sistem kognisi (kemauan) yang berbeda emosi. Al-Ghazali secara tegas melihat qalbu dari dua aspek. Yaitu qalbu jasmani dan qalbu ruhani. Qalbu jasmani adalah daging sanubari yang berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di dalam dada sebelah kiri. Sedangkan qalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus, dan bersifat ruhaniah serta ketuhanan.
Al-Qur'an menggunakan term qalb dan fu'ad untuk menyebut hati manusia, seperti yang disebutkan dalam surat al-Isra' [17]:36 dan surat asy-Syu'ara[26]:89. Al-Qur'an juga menggunakan kata shadr yang berarti dada atau depan untuk menyebutkan suasana hati dan jiwa sebagai satu kesatuan psikologis seperti dalam surat al-Insyirah [94]:1. tetapi Al-Qur'an juga menggunakan term qalb untuk menyebutkan akal seperti yang tercantum dalam surat al-Hajj [22]:46, dan untuk menyebutkan ruh seperti dalam surat al-Ahzab [33]:10

Dalam konteks potensi manusia, qalbu atau hati bukan sepotong organ tubuh melainkan sebuah elemen atau sistem nurani/ruhani manusia. Secara bahasa qalbu, artinya bolak-balik, dan ini menjadi karakteristik dari qalbu itu sendiri, yaitu memiliki sifat tidak konsisten, yang butuh suatu pengelolaan tersendiri..
Fungsi utama dari qalbu adalah sebagai alat untuk memahami realitas dan nilai-nilai kehidupan seperti yang tersebut dalam surat al-Hajj [22]:46, artinya, "Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka bisa memahami, atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada."

Al-Ghazali berpendapat bahwa qalbu memiliki potensi yang disebut al-nur al-(cahaya ketuhanan) dan al-bashirat al-bathinat (mata batin) yang memancarkan keimanan dan keyakinan. Demikian juga al-Zamakhsyariy menegaskan bahwa qalbu itu diciptakan Allah sesuai dengan fitrah asalnya dan berkecenderungan menerima kebenaran dari-Nya. Dari sisi ini qalbu berperan sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali semua tingkah laku manusia. Dengan potensi qalbu inilah manusia tidak sekedar mengenal lingkungan fisik dan sosialnya, melainkan juga mampu mengenal lingkungan spiritual, ketuhanan dan nilai kehidupan keagamaannya. Wallahu a'lam


Oleh Komaruddin Chalil, S.Ag.

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images